Jumat, 17 Desember 2010

Ayah

Aku ingin menulis kisahku,,kisah yang selalu melekat dalam kesendirianku. Saat kumulai itu serasa alam menyudutkanku. Aku menerima karena keterbatasan. Aku menerima karena kemuliaan. Kini pondasi sedang terbangun meski tertatih namun tetap seperti dahulu. Kau bercerita tentang hati kepada kami. Kau berseru tentang langkah tempuh kepada kami. Jika kau berkenan sedikit mengetuk pintu hati itu sangat berarti untuk airmata yang hendak tertuang. Jika kau berkenan sedikit menjadi sosok bayangan yang selalu menemani langkah kami itu sangat berarti untuk cita dan cinta. Kami merindukanmu, dan kami selalu mengandalkanmu. Haus kami akan keteladanan, Ayah.

2 komentar: